Awalan yang Tidak Begitu Menarik, Tapi Kemudian Berkesan dan Membuat Candu

Suka dan belajar tari sejak umur 8 tahun, akhirnya aku tidak sengaja memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Tari Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Awalnya ini hanya pelarian saja sih, soalnya aku tidak diterima jadi bidan di salah satu kampus kesehatan di Lampung. Jadi itu merupakan pelarian dari peraturan rumah yang begitu banyak, soalnya aku anak perempuan satu-satunya. Tahu dong kerjanya bagaimana.

Jadi basic tubuh aku adalah tari tradisional dan kreasi Lampung. Di sanggar aku dulu, Cangget Budaya Lampung Utara, jenis tarian kesenian daerah lain yang diajarkan itu kalau tidak salah sih ya hanya Tari Yapong sama Tari Gending Sriwijaya. Jadi ya sudah, itu-itu saja tarian yang aku bisa. Mana mengerti aku Tari Salsa atau modern dance lainnya. Tidak kesentuh guys.

Tibalah aku di Yogyakarta. Aku diajari berbagai macam jenis tarian dong. Sumpah ya, mau mampus belajarnya. Soalnya di kampus itu pengajaran materi tarinya bisa sekali 6 tarian satu semesternya. Apalagi tarian Jawa dan Bali. Turun berat badan aku 10 kilo guys. Coba deh dipertimbangkan untuk metode diet. Belum lagi kalau ikut proses dengan kakak tingkat.

Harus menghapal lagi. Belum lagi ikut peye/job di luar kampus, menghapal lagi kan ya. Dan kalian tahu? Aku adalah orang yang paling SUSAH BANGET untuk menghapal. Sampai ada nih temen aku yang bilang, “Ayu kayaknya kamu nggak pantes deh kuliah di sini, lemot sih”. Arrrgghh, rasanya pengen aku ulek tuh giginya. Hemmmmm.

1 tahun di ISI Yogyakarta, serasa pengen keluar. Belum lagi aku diplonco (dikerjain kakak tingkat) selama satu tahun. Di manapun dan kapanpun, setiap kakak tingkat teriak “Beyonce”, aku harus berjoget Beyonce dong. Mau di parkiran, angkringan, pinggir jalan, dan di dalam kantor dosen pun, harus  tetep joget. Dan anehnya tuh aku nurut-nurut saja.

Tidak ada tuh aku mengadu sama dosen atau orangtua. Aku makan sendiri saja tuh kejahilan kakak tingkat. Tapi lama-kelamaan, aku jadi akrab sih sama kakak-kakak tingkat aku. Jadi sering mendengarkan mereka ngobrol tentang koreografi dan konsep karya, meskipun saat itu aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, hehehe.

And thennnn, setelah satu tahun aku di Yogyakarta, aku mudik dong, mudik lebaran pulang ke Lampung. Di dalam hatiku, aku mau bilang sama ayahku, aku mau keluar dari ISI Yogyakarta, kampus aneh itu. SUMPAH, anehhh banget deh kampusnya. 24 jam aktif terus guys.

Eh, sebelum aku ngomong, ternyata Ayahku sudah ngomong duluan. “Ayu, kalau sudah kena basah, basah sekalian, jangan tanggung-tanggung, nanti sakit lho. Buat Ayah sama Umi bangga ya.” Hemm, iye iye, tidak jadi ngomong deh.

Lama-lama aku betah juga dengan itu kampus. Mungkin karena sudah banyak teman kali ya.

Dan dijahili kakak tingkat pun sudah biasa saja, tidak merasa takut lagi. Malahan aneh kalau kakak tingkat sampai tidak memarahi atau menjahili aku. Serasa hampa jadinya.

And next, aku mencoba dong membuat sebuah karya tari. Dengan modal sok-sok-an saja sih.

Terus aku kan bingung cara buatnya bagaimana, aku konsultasi dong dengan beberapa kakak tingkat aku. Salah satu kakak tingkat aku bilang, “gerak saja, kumpulin gerak-gerak yang kamu suka, terus dirangkai deh, jadi kan.”

Iya juga, aku ikuti deh. Asal gerak saja, asal rangkai, asal jadi. Tidak peduli apa komentar orang nanti. Untungnya aku orangnya tidak tahu malu guys. Jadi diomongin sama orang-orang tuh biasa saja. Orang mau jelek-jelekin karya aku, aku cuek bebek. Ya memang jelek sih, terus mau bagaimana. Mau membala diri juga pasti kalah, hahaha.

Begitu deh cerita singkat aku, awal-awal di Kampus ISI Yogyakarta tercinta, dan awal-awal membuat karya tari. Dan akhirnya, aku kecanduan dong sampai sekarang. Sejak tahun 2011 sampai sekarang, aku kecanduan membuat karya tari. Jadi jangan coba-coba deh membuat karya tari, kecanduannya bisa bikin gila. Harus siap mental guys, hihihi.

Sebenarnya ini cuma ngalor-ngidul saja kok nulisnya. Tapi tidak tahu kenapa, malam ini aku ingin cerita tentang awal-awal aku masuk Kampus ISI Yogyakarta. Mungkin tidak terlalu menarik sih pengalamanku. Tapi oke juga lah (sedikit). Kalau kamu, bagaimana pengalamanmu awal-awal di kampus dulu? Kangen tidak sama awal-awal masuk kuliah dulu?

Kangen tidak sama kakak tingkat yang jahilin kamu setiap hari? Balas di kolom komentar yaaa.

(Salam rindu dan sukses selalu untuk seluruh kakak tingkat aku alumni ISI Yogyakarta, teman-teman seperjuangan, dan dosen-dosen kece se-Jurusan Tari di Kampus ISI Yogyakarta.)

Gambar adalah foto karya pertama yang aku ciptakan pada tahun 2011, berjudul TITIK, dengan penari Ayu, Ayik, dan Lia.

Ayu Permata Sari

Ayu Permata Sari
Bagikan:

Ayu Permata Sari

Hobi menari sejak kecil membawa saya ke jalan seni. Hingga sekarang mantap memilih seni sebagai jalan hidup, sebagai koreografer tari dan juga penari. Hobi menciptakan karya, tetapi duit tidak ada. Alhasil perbanyak teman, agar ketika berkarya bisa banyak yang menolong. Bonusnya, ketika sedang terluka banyak yang menyemangati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *