Cara Keenam Anggota Awal Avengers Dealing dengan Trauma dan Kesedihannya Pasca-Infinity War: Mana yang Paling Mirip Kita?

Pasca-kegagalan Avengers dalam mencegah Thanos melakukan snap dan menjalankan rencana jahatnya memusnahkan separuh alam semesta, para superhero yang tersisa harus hidup dengan kekecewaan yang amat sangat dan perasaan bersalah yang tidak terperikan. Namun cara mereka untuk dealing alias mengatasi trauma dan kesedihannya itu berbeda-beda. Ya well, seperti layaknya kita semua, cara kita untuk dealing dan mengatasi kesedihan kita pun juga berbeda-beda. Mari kita lihat bagaimana keenam anggota awal Avengers (yang kebetulan bertahan semua tidak menjadi debu) hidup dan dealing dengan trauma dan kesedihannya yang luar biasa pasca-kekalahan di Infinity War, dan yang manakah yang paling mirip dengan cara kita dealing dengan trauma dan kesedihan kita sendiri?

#CaptainAmerica alias Steve Rogers

Capt ini mungkin contoh yang paling ideal ya. Dia mengatasi trauma dan kesedihannya dengan memikirkan serta berkorban untuk orang lain. Dulu dia mengorbankan dirinya untuk banyak orang yang membuatnya tertimbun di es selama puluhan tahun. Setelah kekecewaan yang amat sangat pada peristiwa Infinity War karena merasa tidak sanggup mencegah Thanos melakukan snap, padahal sempat berhadapan-hadapan hand to hand dengan Thanos dengan tangan kosong. Apa yang kemudian Capt lakukan untuk mengatasi trauma dan kesedihannya itu selain bercukur jenggot? Yes, dia menjadi fasilitator support group untuk orang-orang yang juga mengalami kesedihan dan trauma pasca-Infinity War. Dia memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada kelompok support group dalam pertemuan rutin yang dilakukannya, termasuk memberikan penghargaan kepada kemajuan sekecil apapun yang dialami oleh para anggota support group dengan optimismenya yang kadang berlebihan itu, hehehe. Mungkin hal ini juga dilakukannya untuk mengenang Sam Wilson alias Falcon yang dulu juga pernah memfasilitasi support group di film Captain America Winter Soldier.

#BlackWidow alias Natasha Romanoff

Cara Nat mengatasi traumanya juga cukup positif dan idaman, hehehe. Yes, dia mengabdikan dirinya untuk pekerjaannya. Menghabiskan waktunya serta menghanyutkan dirinya dalam pekerjaan, mencari dan menunggu setitik harapan untuk bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki situasi yang sudah terlanjur runyam. Dia hanya berfokus ke pekerjaannya, serta menjaga teman-temannya agar tetap berada pada jalur yang sama dan melaporkan kemungkinan apapun yang ditemukan yang mungkin saja bisa memberi sedikit peluang untuk melakukan sesuatu. Nat ini juga mengambil peran layaknya lem karena dialah yang menjadi perekat yang membuat semuanya tetap bersama-sama, menjaga komunikasi serta menjaga stabilitas mental semua anggota tim, keren ya.

#Hulk alias Bruce Banner

Bruce juga amat sangat menyalahkan dirinya atas kekalahan Avengers di Infinity War, terlebih karena pada saat-saat paling krusial dan dibutuhkan, dia malah tidak bisa berubah menjadi Hulk. Mungkin Bruce berpikir, seandainya pada saat itu dia bisa berubah menjadi Hulk, mungkin situasinya akan berbeda. Lalu bagaimana Bruce dealing dengan traumanya itu? Yes, akhirnya dia memutuskan untuk memunculkan figur Hulk selamanya. Namun bukan Hulk yang pemarah seperti sebelumnya, melainkan menggabungkan figur Hulk yang kuat tidak terkalahkan namun memiliki masalah dengan anger management dengan figur Bruce Banner yang cerdas, kalem, dan penuh perhitungan. Jadilah Profesor Hulk yang murah senyum dan ramah pada anak-anak, hihihi. Idealnya sih Profesor Hulk ini bisa mengambil sisi-sisi positif dari Hulk dan sisi-sisi positif dari Bruce Banner, walaupun penampilannya tetap hijau dan besar, namun memakai baju, hehehe.

#Hawkeye alias Clint Barton

Clint merasa sangat bersalah karena ketika peristiwa Infinity War dia bahkan sedang tidak ada dan malah sedang menghabiskan waktu dengan tenang dan damai bersama istri dan ketiga anaknya. Perasaan bersalah inipun bercampur dengan trauma yang tidak terperikan ketika seluruh keluarganya menjadi debu dan meninggalkan dia seorang diri penuh kebingungan dan kemarahan. Apa yang dilakukan Clint untuk dealing dengan traumanya? Clint menjadi seseorang yang sangat bukan dirinya. Dia menjadi pembunuh, lebih buruknya lagi, pembunuh bayaran! Dia menjadi ronin yang disewa dan dibayar untuk membunuh orang. Hal ini tentu sangat menyakiti hatinya, mengingat selama ini dia adalah superhero yang menyelamatkan orang dan menyelamatkan dunia. Dia menjadi sesuatu yang sangat dibencinya, membunuh orang, demi uang lagi! Tapi itu mungkin caranya untuk dealing dengan kesedihan dan traumanya, sampai Nat datang dan merangkulnya serta menawarkan setitik harapan.

#Thor Odinson

Kesedihan, kekecewaan, dan rasa bersalah yang dialami Thor mungkin yang paling bertumpuk-tumpuk dan bertubi-tubi. Tidak hanya merasa sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Avengers mencegah Thanos melakukan snap, karena di detik-detik terakhir sebelum Thanos melakukan snap Thor sebenarnya sudah menghujam Thanos dengan stormbreaker. Hanya saja salah sasaran/strategi. Dia menghujamkan stormbreaker tepat di jantung hati Thanos, namun Thanos masih tetap bisa melakukan snap. Seandainya dia mengarahkan stormbreaker ke kepala Thanos atau ke tangan yang memakai infinity gauntlet, mungkin snap itu tidak akan pernah terjadi. Thor pun harus hidup dengan semua perasaan bersalah yang luar biasa itu. Ditambah lagi persis sebelum peristiwa Infinity War, dia sudah kehilangan ibunya, ayahnya, harus membunuh Hela kakaknya, dan kehilangan Loki adiknya yang baru saja bisa akrab dengannya yang dibunuh di depan matanya. Belum lagi kehilangan sahabat baiknya Heimdall yang ditusuk jantungnya juga di depan matanya, kehilangan Asgard kerajaannya, serta kehilangan separuh dari seluruh rakyatnya. “What more can I lose?” demikian katanya pada Rocket dalam perjalanan ke Nidavellir mencari stormbreaker. Apa yang kemudian dilakukan Thor untuk dealing dengan traumanya? Yes dia melarikan diri dari itu semua dan menghanyutkan dirinya dalam semua kenikmatan yang mungkin ditawarkan oleh dunia. Thor pun mengurung diri di rumah bersama Korg dan Miek serta menghabiskan hari-harinya hanya dengan minum bergalon-galon bir, makan enak, nonton sinetron di TV, dan main game online, serta take it very seriously game online tersebut, hihihi. Mungkin namanya di game online adalah godofthunder1500, hahaha. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia baik-baik saja, dia bahagia, dan dia menikmati hidupnya, serta sudah melupakan semua yang terjadi. Sampai Bruce dan Rocket mengunjunginya dan mengingatkan dia kembali atas semua peristiwa itu.

#IronMan alias Tony Stark

Tony juga merasa bertanggung jawab atas kegagalan Avengers mencegah Thanos mengeksekusi rencana jahatnya. Ditambah lagi dia harus menyaksikan semua kawan bertempurnya di Planet Titan menjadi debu di depan matanya, melihat dr. Strange yang mengorbankan time stone untuk menyelamatkan hidupnya, menyaksikan Spider Man alias Peter Parker anak mentornya menjadi debu dengan dramatis di pelukannya, serta terkatung-katung di pesawat ruang angkasa selama 22 hari bersama Nebula. Namun aku rasa Tony inilah yang paling dewasa dan bijaksana dalam dealing dengan traumanya. Dia melanjutkan hidupnya, melanjutkan rencana-rencana yang sudah dibuatnya sebelum peristiwa Infinity War; menikah dengan Pepper Potts, memiliki anak perempuan yang diberi nama sama dengan nama paman Pepper, Morgan, serta menjalani kehidupan yang tenang dan damai di sebuah rumah kecil di tepi danau. Namun meskipun demikian, Tony tetap tidak bisa tidak memikirkan semua yang telah terjadi. Dia tidak bisa menghindar dari apa yang bisa dilakukannya, meskipun dia menginginkannya dan sekuat tenaga melakukannya. Mungkin seperti yang pernah dia katakan pada Peter Parker, “with great power comes great responsibility,” maka ketika dia menemukan bahwa dialah satu-satunya yang bisa membantu rekan-rekannya di Avengers mencoba setitik harapan untuk memperbaiki keadaan dan situasi dunia yang sudah diporak-porandakan Thanos, dia yang awalnya berkata tidak pun, akhirnya tetap datang dan melakukannya. Dia tahu dia yang memiliki kemampuan itu sehingga siapa yang memiliki kemampuan maka dia memiliki kewajiban, walaupun taruhannya adalah kehidupan ideal yang sudah dibangunnya pasca-Infinity War. Dan Pepper pun mendukungnya sepenuh hati suaminya itu menjalankan takdirnya, for whatever it takes, hiks sedih ya.

Jadi kalau kalian lebih ke tipe yang mana ketika harus dealing dengan kesedihan, kekecewaan, dan trauma kalian? Kalau aku kayaknya Thor deh, hahaha!

Fitri Indra Harjanti

Fitri Indra Harjanti
Bagikan:

Fitri Indra Harjanti

Seorang fasilitator, editor, penerjemah, dan penulis freelance yang tinggal di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Aktif menggeluti isu gender dan feminisme sejak 7 tahun yang lalu. Menghabiskan waktu luangnya dengan menonton film di bioskop, mendengarkan band Queen, dan berbicara dengan kucing-kucingnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *