DROPI PERGI SETELAH MEMBERIKAN KAMI PROPER GOOD BYE

Aku sebenarnya antara ingin dan tidak ingin menuliskan ini. Tidak ingin karena sebenarnya aku adalah tipe orang yang grieving alone dan tidak cukup mampu untuk berbagi perasaan sedih. Aku mudah (dan senang) berbagi segala macam perasaan yang kurasakan, tapi not for grieve and sadness. Tapi aku tetap memiliki keinginan juga untuk berbagi karena mungkin ini akan baik untuk prosesku belajar, belajar untuk menerima semua perasaan, dan tidak menghindarinya atau kabur.

Aku ingin bercerita tentang kucingku Dropi. Sebelumnya aku sudah sering menceritakan atau memposting foto Dropi di website atau di media sosialku. Dropi adalah kucing yang paling lama menemaniku. Bahkan dia sudah menemani aku sejak aku masih tinggal di kontrakan di Mergangsan Kota Jogja. Jadi Dropi adalah satu-satunya kucing yang tersisa yang dulu aku boyong pindahan dari Jogja ke Bantul. Bahkan Dropi dan saudara-saudaranya waktu itu jugalah salah satu yang memotivasi kami untuk membeli rumah di Bantul karena kami ingin kucing-kucing kami memiliki tempat tinggal yang lebih baik.

Dropi dilahirkan pada tanggal 10 November 2015, merupakan anak kucing ketiga dari 5 bersaudara, tapi anak kucing keempat meninggal ketika dilahirkan, jadilah mereka tinggal 4 bersaudara, jantan semua. Nama lengkap Dropi adalah Rain Drop karena Dropi dilahirkan ketika hujan deras dan ketika induknya melahirkan Dropi, dia sambil berlarian, sehingga Dropi terjatuh dari jalan lahirnya. Waktu kecil, Dropi bisa dikatakan adalah anak kucing yang paling sering sakit dibanding ketiga saudaranya, Lightning Bolt, Shower of Mercy, dan Little Boxy.

Namun siapa sangka Dropi adalah yang paling berumur panjang dan paling lama menemani kami. Ketika Dropi dan saudara-saudaranya berumur 1 tahun lebih sedikit, kami memboyongnya pindah ke rumah baru di Sewon Bantul yang dikelilingi sawah dan masih berada di suasana pedesaan, sangat berbeda dengan kontrakan kami yang sangat kawasan downtown urban dengan rumah kecil-kecil dan berdesak-desakan. Awal-awal pindah rumah, Dropi adalah yang paling takut dengan suasana baru dan paling lama beradaptasi. Dia baru bisa tenang kalau boleh tidur di atas tas jinjing warna pink-ku yang entah kenapa dia suka sekali jadikan alas tidur.

Lagi-lagi, siapa yang menyangka Dropi lah yang bakal paling lama menemani kami. Kurang dari 1,5 tahun sejak kepindahan kami ke Bantul, kami sudah kehilangan ketiga saudara Dropi. Diawali dengan Bolt yang tiba-tiba hilang tak kembali, Shower yang tertabrak mobil tetangga, dan Boxy yang juga menghilang tidak kembali lagi ke rumah.

Sementara itu, Dropi mengalami banyak hal di tempat tinggal kami yang baru ini. Dari mulai kawin dan beranak-pinak (kucing-kucing kami yang sekarang practically adalah anak cucunya Dropi), hingga pernah menjadi kucing penguasa kampungku yang setiap hari kerjaannya adalah inspeksi keliling kampung seperti layaknya jagoan.

Aku menyaksikan semua itu dalam keseharian hidupku. Bagaimana Dropi mencoba mengalahkan penguasa kampung sebelumnya dan merebut tahta. Dia selalu pulang dengan salah satu kaki pincang (akibat berkelahi dengan Si Putih penguasa sebelumnya) tapi dia tidak pernah menyerah, hingga 4 kakinya pernah mengalami pincang semua, walaupun tentu tidak secara bersamaan. Juga bagaimana Dropi mendekati kucing-kucing betina dan mengawininya, termasuk usahanya bersaing dengan para pejantan lain untuk menarik perhatian Lulu, kucing kami juga. Hingga menyaksikan anak-anak dan cucu-cucu Dropi lahir di rumah kami.

Dan di antara itu semua Dropi selalu datang ketika aku memanggil namanya. Entah dia sedang berada di mana, sepertinya sih tidak pernah terlalu jauh dari rumah kami, karena setiap kali aku memanggil namanya, dia selalu datang entah dari mana, tiba-tiba dia sudah selalu ada di dekatku setiap kali aku memanggil namanya. Dan walaupun Dropi selalu berpetualang keliling kampung, tetapi setiap hari dia selalu pulang, setidaknya 2 kali, bahkan seringnya lebih dari itu, dia berkali-kali pulang untuk mengecek situasi rumahnya. Tidak ada satu haripun seingatku yang terlewatkan tanpa melihat Dropi pulang ke rumah, walaupun hanya untuk makan atau beristirahat sebentar.

Tahun demi tahun berlalu, kami pun melihat Dropi semakin tua dan semakin tua. Bahkan kami menyadari dia mulai kehilangan gigi-giginya dan mulai kesusahan memakan makanan yang keras. Hingga 6 bulan terakhir, Dropi semakin terlihat tua. Dia pun semakin banyak menghabiskan waktunya di rumah, tidur sepanjang siang di bawah motor di garasi rumah kami.

Bulan Desember tahun 2021, Dropi terkena scabies di punggung sehingga bulunya hilang. Kami membawanya ke Vet untuk mendapat suntikan scabies dan juga salep untuk dioles sehari 2 kali, scabiesnya akhirnya sembuh dan bulunya tumbuh kembali. Bulan Januari 2022, Dropi terserang diare akut, dia tampaknya sudah tidak bisa mengendalikan fungsi anusnya, sehingga kotoran sering keluar begitu saja. Kami pun memberinya obat diare dan tak lama kemudian diarenya sembuh.

Bulan Februari 2022, kaki depan kanannya tiba-tiba terluka berdarah entah kenapa, kami bersihkan dan kami beri salep, tetapi tidak sembuh-sembuh. Dropi makin sering hanya berada di rumah saja, tidak keluar sama sekali dari pagar rumah kami. Dan aku perhatikan Dropi terlihat semakin tua dan semakin tua, tubuhnya menjadi semakin menyusut dan semakin menyusut, sehingga bisa tampak dengan jelas tulang-tulang yang terbungkus kulit.

Bulan Maret 2022 Dropi terlihat semakin kurus kecil. Nafsu makannya masih tinggi dan dia masih makan seperti biasa, tapi kok terlihat semakin menyusut saja ya tubuhnya, maka Dropi kami bawa ke Vet, sekalian untuk mengobati luka di kaki depan kanannya. Kata Vet-nya, Dropi is simply getting old. Jadi organ-organ tubuhnya mulai mengalami penurunan fungsi, livernya, jantungnya, ginjalnya. Dan kemungkinannya tubuhnya sudah tidak bisa menyerap nutrisi makanan dengan sempurna lagi, itulah kenapa tubuhnya semakin menyusut menjadi kecil, walaupun dia banyak makan.

Vet memberi Dropi 2 jenis obat dan juga salep untuk luka di kakinya. Sehabis mengonsumsi obat-obat dari Vet itu, kondisi Dropi berangsur membaik, badannya mulai kelihatan ada dagingnya lagi, dan nafsu makannya semakin baik. Cuman aku menyadari bahwa bulu-bulu di tubuh Dropi mulai pada rontok, dan giginya benar-benar sudah ompong semua.

Namun 2 minggu kemudian, pada pertengahan Maret, tak lama setelah obatnya habis, kondisi Dropi mulai menurun lagi. Sudah sejak akhir Februari, Dropi benar-benar 100 % hanya berada di rumah saja, tidak pernah keluar rumah sama sekali seperti dulu kala. Dia benar-benar hanya menghabiskan waktunya bersama kami. Dan Dropi sungguh sangat tidak merepotkan. Dia bahkan eek dan pipisnya benar-benar di lubang WC, hingga kami hanya harus menyiramnya saja dan beres. Dan dia pun masih mau makan, walaupun kesusahan. Dia berusaha keras untuk tetap makan, walaupun butuh lama sekali baginya untuk menghabiskan setengah mangkok makanan kucing berbentuk bubur, tapi dia tetap makan, dia tetap berusaha menelan makanannya. Dropi juga rajin minum di ember yang sudah disediakan di kamar mandi. Dia pun tidak susah dan berontak ketika kami meminuminya obat-obat dari Vet. Bahkan ketika aku hendak membuat kopi susu, Dropi aku tawari, “Dropi mau susu?” Dan ketika kuberikan semangkuk kecil susu Ultra, dia menghabiskannya.

Tapi kondisi Dropi tetap semakin menurun, tubuhnya semakin menyusut sehingga tulang-tulangnya semakin terlihat jelas. Bulu-bulu pun semakin banyak yang rontok, hingga dia terlihat botak. Dropi pun semakin manja pada kami. Setiap ada kesempatan, dia selalu meminta kami pangku dan kami elus-elus. Benar-benar selalu meminta pangku. Setiap kali aku duduk, dia selalu lompat ke atas pangkuanku. Aku pun selalu mengelus-ngelus dia sambil mengatakan, ayo Dropi sehat lagi Dropi, sembuh Dropi, kan Dropi masih mau jagain rumah ini dan jagain kami lebih lama lagi.

Hari Sabtu 19 Maret 2022 malam, aku sedang asyik di depan laptopku. Dropi tidur di atas sofa di belakang aku duduk. Dia hanya berjarak tidak sampai 30 cm dari aku. Selama aku beraktivitas di laptop, aku merasa Dropi masih tiduran di belakangku. Hingga jam 9 malam ketika aku menengok ke belakang, lho kok Dropi sudah tidak ada di situ. Aku langsung keluar mencari-carinya dan tidak ketemu. Tidak lama setelah itu hujan deras sekali disertai angin. Aku sangat mengkhawatirkan Dropi.

Ketika keesokan paginya, Minggu 20 Maret, Dropi belum kembali juga, dan kami sudah mencarinya bahkan sampai ke sawah-sawah tapi tidak ketemu. Aku mulai menangis, karena aku ingat cerita-cerita, katanya kucing tahu kalau dia mau meninggal, dan ketika dia mau meninggal dia akan meninggalkan rumah untuk menenggelamkan diri di air atau hal-hal semacam itu. Maka aku pun menangis, “Dropi, jangan tinggalkan aku Dropi, jangan tinggalkan aku, siapa nanti yang akan jagain aku, siapa yang akan jagain rumah ini,” kataku sambil menangis.

Eh tidak lama setelah itu, siang harinya, Dropi tiba-tiba pulang lagi, entah dari mana. Kami pun senang sekali. Tubuhnya agak basah, mungkin sempat kehujanan, kami pun membersihkannya. Dan dia kembali seperti sebelumnya, stay di rumah kami, tidur di atas sofa, mau makan dan minum, eek dan pipis di WC, hanya bedanya kali ini dia menjadi semakin manja. Intensitas minta dipangku dan dielus-elusnya semakin meningkat. Setiap kali ada sedikit saja kesempatan dia pasti akan minta minta pangku, dan tertidur di pangkuan kami.

2 hari kemudian, kondisi Dropi dia semakin menurun. Dia sudah tidak berselera dan tidak mau makan dan minum lagi seperti sebelum-sebelumnya. Ketika kami suapin pun, hanya sedikit makanan yang bisa masuk. Akhirnya hari Rabu 23 Maret 2022 karena Dropi belum mau makan juga dan terlihat semakin lemas, kami membawanya ke Vet lagi. Tapi kami sudah bertekad jika Vet meminta dia untuk rawat inap kami tidak akan mau karena kami ingin Dropi tetap berada bersama kami di rumahnya sendiri. Pada hari itu juga Dropi terlihat keluar rumah tetapi masih di dalam pagar rumah kami, melihat sekeliling rumah, nongkrong di garasi dan menggaruk-garuk kayu yang memang kami sediakan untuk para kucing. Di kurun waktu itu sambil mengelus-elusnya aku masih sering mengatakan padanya, “Dropi jangan pergi ya, jangan tinggalin aku, jagain aku dan jagain rumah ini lebih lama lagi ya”.

Ternyata Vet tidak menyarankan untuk rawat inap. Mungkin karena sebenarnya dia tidak ada sakit apa-apa secara khusus, he’s just simply getting old saja. Di klinik, Dropi diinfus sebentar dan disuntik. Di sana terpancar sekali ketakutan di matanya dan dia terus memegangi kami dan kontak mata terus dengan kami, sepertinya minta segera dibawa pulang ke rumah. Aku pun mengatakan padanya, “iya Dropi, ini kita pulang, kita pulang”. Sesampainya di rumah, dia kembali tiduran di atas sofa.

Pagi harinya, Kamis 24 Maret 2022, ketika aku bangun pagi dan keluar kamar, aku melihat Dropi sudah tergeletak tidak berdaya di bawah lantai tidak jauh dari sofa, di bawah jemuran handuk. Dia benar-benar sudah terlihat tidak berdaya, hanya tersisa nafas pendek-pendek saja yang menunjukkan dia masih hidup, dan juga mata yang masih terbuka. Kata suamiku semalam dia minta tidur di atas dada suamiku sampai suamiku tertidur, dan dia tidak tahu kapan Dropi meninggalkan kamar. Suamiku pun mencoba untuk memberi Dropi air minum menggunakan pipet.

Aku menangis melihat kondisi Dropi. Rasanya sedih sekali. Namun akhirnya aku mengatakan padanya, “Dropi, kalau Dropi pengen pergi, ngga apa-apa Dropi, silakan pergi, kami akan baik-baik saja, Dropi boleh pergi, we love so much Dropi”. Suamiku juga mengatakan hal yang sama, “Dropi ngga pengen ikut puasa, nemenin kami sahur, kalau ngga pengen, kalau mau pergi, ngga apa-apa Dropi, silakan kalau mau pergi, Dropi”. Kami pun menungguinya, dan tak lama setelah itu, Dropi pun menghembuskan napas terakhirnya, pergi untuk selamanya meninggalkan kami dengan sejuta kenangan indah.

10 November tahun ini Dropi harusnya berusia 7 tahun, namun dia sudah memilih untuk pergi, ke tempat yang jauh lebih baik, bersama penciptanya. Kami senang, Dropi bahkan meluangkan waktu untuk benar-benar memberikan kami a proper good bye selama sebulan penuh. Sungguh upaya berpamitan yang panjang dan mengharukan. Kami ikhlas kamu pergi Dropi, tugasmu menemani dan menjaga kami dan juga rumah ini sudah selesai dengan sempurna. Walaupun tentu, seberapa pun hal yang sudah berusaha kita lakukan untuk orang/makhluk hidup yang kita cintai, kita tetap akan selalu merasa belum cukup. Kita akan tetap menyesali hal-hal yang kita lakukan atau tidak kita lakukan. Namun kami yakin Dropi akan selalu ada untuk kami, karena dia akan selalu hidup di hati dan kenangan kami. Terima kasih untuk selama hampir 7 tahun menyayangi dan menjaga kami Rain Drop, kucing ganteng grey tabby berbulu halusku!

Fitri Indra Harjanti

Fitri Indra Harjanti
Bagikan:

Fitri Indra Harjanti

Seorang fasilitator, editor, penerjemah, dan penulis freelance yang tinggal di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Aktif menggeluti isu gender dan feminisme sejak 7 tahun yang lalu. Menghabiskan waktu luangnya dengan menonton film di bioskop, mendengarkan band Queen, dan berbicara dengan kucing-kucingnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *