Film “Orang Kaya Baru”: Drama Komedi yang Segar, Berbeda, Masuk Akal, dan Mak Jleb-Jleb
Setelah hari Rabu kemarin mau nonton film Orang Kaya Baru (OKB) dan ternyata belum main, akhirnya hari Sabtu aku berkesempatan menontonnya bersama salah seorang temanku. Jadi aku dan temanku itu benar-benar niat, meluangkan waktu, untuk having a quality time of doing fun things for like, all day long, hahaha. Karena kami sudah lama sekali tidak melakukannya dan karena ingat prinsip work hard play harder. Tidak hanya bekerja, bersenang-senang pun harus dilakukan dengan niat dan komitmen penuh, hahaha, apasih. Kami janjian jam 10 pagi tepat di kala Lippo Mall buka dan memang niat untuk seharian doing fun things; nonton, nongkrong, ngobrol, seeing and buying cute things, dan diakhiri dengan pindah ke warung kopi di mana di bagian terakhir ini, para suami dan beberapa teman kami bergabung dan mereka mulai membicarakan peradaban sampai jam 12 malam, sementara kami sudah kehabisan energi walaupun tetap berada di situ, secara sudah 14 jam, hahaha. Biasanya kami memfasilitasi pelatihan atau mendampingi komunitas saja tidak ada yang sampai straight 14 hours gitu, but it was really fun.
Di tulisan kali ini, aku ingin menceritakan tentang film yang kami tonton sebagai salah satu bagian dari acara hang out seharian itu, yaitu film Orang Kaya Baru (OKB) dengan penulis naskah Joko Anwar dan disutradarai oleh Ody C. Harahap. Sebagai orang yang lumayan mengikuti film-film Indonesia, menurut aku film OKB ini cukup berbeda ya dibanding film Indonesia dengan genre drama-komedi lainnya. Menurutku film ini sangat bagus, lucu, cerdas, menghibur, dan sangat dalam pesannya. Sebagai sebuah film drama komedi, tentu secara keseluruhan ceritanya tidak masuk akal namanya juga komedi, namun cerita dan adegan scene per scene serta karakter tokoh-tokohnya menurutku sangat masuk akal, dan luwes sekali para aktor/aktrisnya memerankannya. Ada Lukman Sardi sebagai bapak yang kayaknya father goal banget gitu, alias impian banget bisa punya bapak kayak dia, Cut Mini sebagai ibu yang wasis banget, Derby Romero sebagai Duta anak sulung yang bercita-cita sebagai sutradara teater, si cantik Raline Shah sebagai Tika anak tengah, seorang mahasiswa jurusan arsitektur yang cerdas (walaupun pas akting jadi orang miskin tetap terlihat cantik dan berkelas, tapi ya udah lah ya, I love her anyway, syantik mah bebas, hahaha), dan Fatih Unru sebagai Dodi anak bungsu, siswa kelas 6 SD, yang menurutku aktingnya alami dan keren banget gitu, mungkin salah satu yang paling keren di film ini.
Film ini menceritakan tentang keluarga mereka berlima yang secara ekonomi sangat pas-pasan tapi sangat berbahagia. Malah bisa dibilang family goal banget. Hubungan antara orangtua dengan anak dekat, suami dan istri romantis, hubungan ketiga kakak beradik itu juga sangat dekat. Kerennya setiap malam mereka berlima selalu makan malam bersama di meja makan yang sempit tapi sangat hangat. Berbagi lauk, saling mencicipi makanan, sambil ngobrol, bercerita, bercanda, dan saling ejek-ejekan. Dan si bapak selalu mengambil kepala ikan dari piring anak istrinya dan menukarnya dengan daging ikannya, karena dia percaya makan kepala ikan bisa bikin pintar cari uang. Anak-anaknya sering meledeknya tapi terus minta maaf sambil tetap meledek, dan si bapak hanya ketawa-tawa, pokoknya sangat akrab dan hangat. Malamnya si bapak akan duduk di teras mendengarkan musik dari HP dan si anak menemani sambil mereka mengobrol tentang apa saja, kadang si anak memijat bapaknya. Sebuah gambaran keluarga ideal yang mungkin sudah jarang sekali ya kita temui, masih makan malam bersama, masih saling ngobrol, masih saling terbuka, tidak mainan HP sepanjang waktu, hehehe.
Aku juga suka bagaimana film ini menggambarkan ketiga kakak beradik yang walaupun miskin dan sering di-bully teman-temannya dan hidupnya penuh perjuangan tapi tidak digambarkan dengan ngenes atau kasihan, tapi ya tetap asyik-asyik aja. Mereka kalau di-bully teman-temannya ya membela diri atau membalas dan kadang membalasnya konyol banget. Jadi ngenes tapi tetap lucu dan asyik, ngga yang kasihan dan drama banget gimana gitu. That’s how life should be, right? Ngenes ya ngenes, penuh perjuangan ya penuh perjuangan, tapi asyik-asyik aja lah dan tetap harus dinikmati kan, ga usah drama queen, hahaha. Walaupun keluarga ini miskin, tapi ketiga anak mereka semuanya bersekolah/kuliah di sekolah/kampus yang bagus dan bergengsi, karena si bapak ini sangat memikirkan pendidikan anak-anaknya. Fokus si bapak adalah bagaimana agar anak-anaknya memiliki kepribadian yang baik, perilaku yang oke, dan bekal pendidikan yang mencukupi sesuai dengan minat masing-masing anak.
Hingga pada suatu hari, si bapak meninggal dunia. Meninggalnya pun kayak death goal banget gitu, hahaha; cepat, mudah, hanya seperti tertidur ketika mendengarkan musik favorit ditemani anaknya. Setelah pemakaman si bapak, keluarga ini mulai kebingungan karena kehilangan tulang punggung keluarga dan tidak ada warisan sama sekali. Anak sulung dan anak tengah langsung sudah berniat berhenti kuliah untuk bekerja mencari uang, anak bungsu berniat pindah dari SD swasta yang keren dan mahal ke SD negeri agar bayarnya lebih murah, dan ibu berniat untuk mengembangkan usaha jualan kuenya. Pokoknya mereka satu tim banget yang saling mendukung dan menguatkan. Hingga tiba-tiba datang seseorang yang mengaku sebagai pengacara bapaknya dan mengatakan bahwa selama 27 tahun ini bapaknya hanya pura-pura miskin saja. Sebenarnya dia adalah seorang milyader dan dia mewariskan uang puluhan milyar kepada istri dan anak-anaknya, yang akan dicairkan secara bertahap. Si bapak juga meninggalkan beberapa rekaman video yang menjelaskan semuanya, yang juga diputarkan oleh pengacaranya secara bertahap pula. Lucunya, video-video bapaknya ini pun semuanya ngocol abis, lucu parah, menjadikan sesuatu yang sebenarnya tragis dan menyedihkan menjadi bahan bercandaan yang lucu dan bapaknya banget, dan menunjukkan bagaimana si bapak ini sangat mengenal istri dan ketiga anaknya dan tetap membantu serta melindungi mereka walaupun sudah meninggal.

Akhirnya petualangan keempat orang kaya baru ini pun dimulai. Dari yang sering pura-pura kondangan secara random hanya demi makan gratis menjadi mempunyai duit puluhan milyar yang kalau habis akan segera dicairkan lagi, dari yang sama sekali tidak mampu beli sepatu walaupun sepatunya sudah bolong menjadi bisa membeli apapun yang diinginkannya. Ya mungkin bagian ini temanya klise ya, bagaimana banyaknya uang itu seringkali tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan, bagaimana hal-hal yang sederhana tapi dipenuhi cinta itu jauh lebih membahagiakan, dan hal-hal semacam itu. Tapi walaupun temanya klise, menurutku penyajiannya berbeda dan tetap asyik, segar, lucu, dan tetap bisa memasukkan pesan yang mak jleb-jleb tadi. Di sini juga dijelaskan apa tujuan bapaknya berpura-pura miskin selama puluhan tahun, disertai dengan antidote-nya yang tak kalah lucu tapi menunjukkan ya memang semuanya tidak hitam putih aja gitu. Misalnya kan bapaknya itu pura-pura miskin supaya anak-anaknya bisa tumbuh dengan kepribadian dan perilaku yang baik dan bertanggung jawab, terus teman Si Tika bilang, “ah lebay ah, banyak kok anak-anak yang sejak lahir orangtuanya sudah kaya, tapi mereka baik-baik saja kepribadian dan perilakunya,” hahaha, walaupun memang tujuan si bapak ini tercapai banget sih.
Atau yang bikin aku tertawa paling ngakak, waktu bapaknya bilang, ketika sesuatu susah didapat itu kita akan lebih menghargainya ketika mendapatkannya, misalnya Duta dulu sewaktu SD kalau ingin dengar musik kesukaannya kan harus beli kaset dan dia harus nabung sebulan dulu demi bisa beli kaset itu, makanya ketika sudah bisa mendapatkan kaset itu, dia akan mendengarkan musiknya dengan intensif dan penuh penghargaan, tidak seperti sekarang ketika musik mudah sekali didapatkan hanya tinggal download saja, jadinya kan mendengarkannya seadanya dan tidak penuh penghargaan. Terus Tika nyeletuk, “ah itu mah karena musik-musik zaman sekarang memang jelek-jelek saja Pak, ga kayak dulu,” hahaha ngakak aku, menunjukkan penulis cerita dan sutradaranya pasti orang-orang sezamanku atau di atasku karena pendapatnya sama denganku, hihihi.
Bagian yang paling keren dari film ini adalah ending-nya yang tentu saja aku tidak akan menceritakannya di sini, kan no spoiler, hehehe. Hey by the way aku sudah lama lho bisa menulis review film tanpa spoiler, yay, itu prestasi tahu, hahaha. Dulu kan awal-awal aku kalau nulis review film selalu harus spoiler alert, nah sekarang-sekarang sudah bisa nulis review film tanpa spoiler, hehehe.
Yang jelas aku jadi teringat, sekitar akhir 2017, karena suatu pekerjaan aku pergi ke Bandung dan menemui pengusaha UKM produk-produk olahan susu yang cukup sukses gitu, sepasang suami istri. Nah suami istri itu bercerita kalau mereka memulai bisnisnya itu dari nol banget, yang dulunya sudah kerja kantoran terus dua-duanya resign demi memulai bisnis, dan di awal itu mereka yang benar-benar tidak punya uang banget, jatuh bangun, dan ada masa-masa yang mereka benar-benar tidak bisa makan. Terus mereka mengatakan waktu itu mereka diberi cobaan oleh Tuhan dengan kekurangan/kemiskinan dan mereka bisa melewatinya. Lalu ketika mereka sudah sukses, mereka diberi Tuhan cobaan yang lebih berat, yaitu pendapatan bersih 60 juta per hari yang menurut mereka adalah cobaan dari Tuhan dalam bentuk lain yang lebih susah diatasi dibanding cobaan yang pertama tadi.
Hihihi, menonton film ini aku jadi teringat perkataan suami istri itu, dan sekaligus aku membatin, Tuhan aku kan sudah pernah diberi cobaan yang kekurangan dan tidak punya uang, nah cobaan satu lagi yang kelebihan/berlimpahan uang aku belum pernah mencobanya nih. Ayo dong Tuhan, aku pengen nyoba juga, untuk melihat apakah aku bisa mengatasinya sebaik waktu cobaan kekurangan, atau gimana, tapi yang penting dicoba dulu lah, hahaha.
Fitri Indra Harjanti
- MS. MARVEL SERIES: SUPERHERO MUSLIM PERTAMA DI MARVEL CINEMATIC UNIVERSE (SPOILER ALERT) - Juli 16, 2022
- UNDER THE BANNER OF HEAVEN: KETIKA TUHAN DIJADIKAN ALASAN UNTUK MENGHABISI NYAWA SESAMA MANUSIA (MAJOR SPOILER ALERT) - Juni 5, 2022
- KKN DI DESA PENARI: KISAH YANG CUKUP FAMILIAR KITA DENGAR DI SEKITAR KITA - Mei 27, 2022